ETHIS Artikel
5 Tips Membentuk Kebiasaan Menabung Pada Anak-Anak
Diterbitkan pada 15 Sep 2022
Admin Relations
Kebiasaan yang baik adalah salah satu hal yang harus kita miliki dalam hidup Dan untuk membangun kebiasaan tersebut memang membutuhkan waktu dan proses yang tidak sebentar.
Saat ini, kita masih sering menemukan orang-orang yang tidak terbiasa menabung. Bukan karena tidak mampu, karena kenyataanya mereka memiliki penghasilan tetap yang cukup. Lalu apa sih yang membuat mereka tidak memiliki tabungan?
Jawabannya mudah: mereka belum terbiasa menabung. Bisa jadi karena pengaruh lingkungan dan gaya hidup, uang yang mereka dapatkan setiap bulan habis begitu saja atau bahkan kurang. Padahal, seharusnya uang mereka sangat cukup untuk kebutuhan sehari-hari sekaligus menabung.
Salah satu faktor yang membuat mereka tidak terbiasa menabung adalah: tidak memahami ilmu keuangan. Mungkin, pada masa kecilnya mereka tidak dibiasakan menabung, yang celakanya kebiasaan borosnya terus terbawa sampai mereka dewasa.
Kita sebagai orang tua tentu tidak ingin anak-anak kita nantinya mengalami hal yang serupa. Oleh karena itu, pendidikan keuangan bagi anak-anak sangat penting. Apalagi, pada dasarnya saat ini sekolah tidak mengajarkan murid mereka tentang bagaimana cara mengelola uang. Kalaupun diajarkan, biasanya hal-hal dasar seperti pentingnya menabung dan hal sederhana lainnya.
Lalu bagaimana cara mengajarkan manajemen keuangan pada anak sejak dini? Yuk kita simak bersama tips-tips berikut!
Sebelum mengajarkan anak untuk menabung, ada baiknya para orang tua mengajarkan anak-anak mereka tentang arti kebutuhan dan keinginan.
Pahamkan kepada mereka mana yang termasuk kebutuhan dan mana yang hanya keinginan belaka. Pahamkan juga bahwa kebutuhan harus lebih didahulukan daripada keinginan.
Hal itu bisa dimulai dari hal-hal sederhana, seperti: memberi pengertian bahwa makan adalah kebutuhan, akan tetapi jajan adalah keinginan. Membeli baju adalah kebutuhan, dan membeli mainan adalah keinginan. Begitu seterusnya sampai anak-anak benar-benar paham mana yang harus dibeli dan mana yang tidak.
Sebetulnya, mengajarkan anak tentang tujuan keuangan sudah dipraktekkan sejak dulu. Dulu, jika kita ingin membeli suatu barang yang mahal, kita disuruh untuk menabung terlebih dahulu, atau harus meraih pencapaian tertentu seperti ranking kelas, nilai bagus, dan lain sebagainya.
Hal ini bisa diterapkan juga pada anak-anak kita. Sampaikan bahwa jika mereka menginginkan sesuatu, mereka harus berusaha sendiri dengan cara menabung.
Bantu mereka dengan membuat perhitungan sederhana. Sebagai contoh, anak ingin membeli mainan seharga 100 ribu rupiah. Coba minta mereka untuk menabung uang pemberian kita sebanyak 5 ribu rupiah perhari, selama 20 hari.
Kalau memang dari awal ingin dibelikan, berikan uang jajan tambahan untuk mereka tabung. Pahamkan juga bahwa jika mereka rela menyisihkan sebagian uang jajannya setiap hari, tujuannya akan tercapai lebih cepat.
Dengan begitu, mereka akan belajar cara menabung dan bersabar untuk tidak menggunakan uang tersebut sampai uangnya benar-benar terkumpul.
Cara paling mudah mengajarkan anak-anak adalah dengan memberikan contoh. Dalam hal ini, orang tua diminta untuk bisa memberikan contoh kepada anak-anaknya bagaimana cara menabung yang baik.
Misalnya: meletakkan celengan anak dan orang tua di tempat yang sama. Dengan begitu, anak-anak akan melihat bahwa orang tunya juga konsisten menabung bersama mereka.
Berikan juga pemahaman kepada mereka bahwa menabung itu menyenangkan dan banyak manfaatnya. Misalnya dengan bercerita: “Alhamdulillah, sekarang kita bisa punya rezeki mobil juga dari hasil menabung lo!”
Jika anak-anak sudah mulai besar, kita bisa mendidik mereka untuk belajar mengatur keuangan mereka sendiri. Hal ini bisa diterapkan dengan banyak cara, misalnya: memberi uang jajan anak perminggu.
Dengan memberikan uang jajan satu minggu sekali, mereka akan dipaksa untuk pandai-pandai mengatur uang mereka agar tidak habis sebelum waktunya.
Orang tua juga harus tegas, dan jangan berikan uang tambahan jika mereka sudah kehabisan uang mereka sebelum akhir pekan.
Tentunya hal ini juga harus didiskusikan dengan anak: apa yang membuat uangnya cepat habis? Lalu setelah itu berikan masukan tentang bagaimana mereka seharusnya mengatur uang jajan mereka sendiri
Jika mereka sudah mulai besar, dan uang tabungan mereka juga sudah mulai banyak, coba buatkan mereka rekening bank khusus.
Dengan memiliki rekening bank, mereka akan belajar tentang bagaimana mengelola uang mereka dengan sebenar-benarnya, dan mereka bisa mengetahui secara persis berapa tabungan yang mereka miliki.
Memiliki rekening sendiri juga biasanya dapat membuat mereka lebih bersemangat dalam menabung.
Itulah 5 tips mengajari anak menabung dan mengatur keuangan mereka sejak dini. Harapannya, dengan begitu kebiasaan menabung mereka akan terbentuk, dan kedepannya mereka tidak akan kesulitan mengatur keuangan mereka.
Selamat mencoba!
Penulis: Ghifary
PT. ETHIS FINTEK INDONESIA
Rukan Puri Mansion blok B no. 7 Jalan Outer Ring West Kembangan, RT.2/RW.1, Kembangan Sel., Kec. Kembangan, Kota Jakarta Barat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 11610
Dukungan Pelanggan: support@ethis.co.id
Waktu Pelayanan: 09.00 - 18.00 WIB
Perhatian:
1. Layanan Pendanaan Syariah Berbasis Teknologi Informasi (P2P Financing) merupakan kesepakatan perdata antara pemberi pendanaan dengan penerima pendanaan, sehingga segala resiko akan ditanggung oleh masing-masing pihak.
2. Risiko gagal bayar akan ditanggung oleh pemberi pendanaan, diluar fraud atau mismanagement. Penerima pendanaan akan bertanggung jawab apabila terjadi fraud atau mismanagement sebagaimana ketentuan bagi resiko (Risk Sharing) secara syariah. Tidak ada lembaga atau otoritas negara yang bertanggung jawab atas risiko pendanaan atau gagal bayar ini atau mengkompensasi pihak manapun atas kerugian, kerusakan, biaya atau konsekuensi yang timbul dari sehubungan dengan hal tersebut.
3. Penyelenggara dengan persetujuan dari masing-masing pengguna (pemberi pendanaan dan/atau penerima pendanaan) mengakses, memperoleh, menyimpan, mengelola dan/atau menggunakan data pribadi pengguna (“Pemanfaatan Data”) pada atau di dalam benda, perangkat elektronik (termasuk smartphone atau telepon seluler), perangkat keras (hardware) maupun lunak (software), dokumen elektronik, aplikasi atau sistem elektronik milik Pengguna atau yang dikuasai Pengguna, dengan memberitahukan tujuan, batasan dan mekanisme Pemanfaatan Data tersebut kepada Pengguna yang bersangkutan sebelum memperoleh persetujuan yang dimaksud.
4. Pemberi pendanaan yang belum memiliki pengetahuan dan pengalaman terhadap layanan pendanaan ini, disarankan agar tidak menggunakan layanan pendanaan ini.
5. Penerima pendanaan wajib mempertimbangkan tingkat bagi hasil / margin / ujroh serta biaya – biaya lainnya sesuai dengan kemampuan dalam melunasi pendanaan.
6. Setiap kecurangan yang terjadi akan tercatat secara elektronik di dunia maya dan dapat diketahui oleh masyarakat luas melalui media sosial.
7. Pengguna harus membaca dan memahami informasi ini sebelum membuat keputusan menjadi pemberi pendanaan atau penerima pendanaan.
8. Pemerintah yaitu dalam hal ini Otoritas Jasa Keuangan (OJK), tidak bertanggung jawab atas setiap pelanggaran atau ketidakpatuhan oleh pengguna, baik pemberi modal maupun penerima modal (baik karena kesengajaan atau kelalaian Pengguna) terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan maupun kesepakatan atau perikatan antara penyelenggara dengan pemberi modal dan/ atau penerima modal.
9. Setiap transaksi dan kegiatan pemberian modal, pendanaan, pinjam meminjam atau pelaksanaan kesepakatan mengenai pendanaan antara atau yang melibatkan Penyelenggara, Pemberi Modal, Mitra Lapangan dan/atau Penerima Modal wajib dilakukan melalui escrow account dan virtual account sebagaimana yang diwajibkan berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 77/ POJK.01/2016 tentang Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi.